Featured Post

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

Gambar
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR Mata Kuliah : Keterampilan Terpadu KASUS 3 Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat di ruang bedah pria RS Cinta Bersemi sejak 1 hari yang lalu dengan keluhan nyeri pada bagian kaki kanan atas, menurut keluarga klienmengalami kecelakaan bermotor, hasil pemeriksaan. TD: 150/90 mmHg, Nadi : 90 x/menit, pernafasan 22 x/mnt, Suhu : 36.5°C PENGKAJIAN A. IDENTITAS Identitas pasien Nama : Tn.A Umur : 45 tahun Jenis kelamin : laki-laki Tanggal lahir : 21 januari 1976 Golongan darah : A Agama : islam Status pernikahan : menikah Suku/bangsa : Indonesia/jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : petani Alamat : jln. Rajabasa, Bandar lampung Tanggal masuk RS : 18 september 2021 Diagnosa masuk RS : Fraktur Kaki kanan atas Tanggal pengkajian : 18 september 2021 No register : 10978 2. Identitas penanggung jawab Nama : Ny.B Umur : 40 tahun Hubungan dengan klien : istri Pendidikan : SMA Pekerjaan ...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KELAINAN KONGENITAL Penyakit Jantung Bawaan


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KELAINAN KONGENITAL Penyakit Jantung Bawaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. 

Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya telah memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan.  

Menurut laman web Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014, 7 hingga 8 bayi per 1000 kelahiran hidup dilahirkan dengan PJB. Sementara angka kelahiran setiap tahun mencapai 4,5 juta bayi. Angka kejadian PJB yang tinggi menyebabkan kelainan ini merupakan kelainan bawaan tersering ditemukan di antara kelainan-kelainan bawaan jenis lain, seperti kelainan bawaan saluran cerna, paru, ginjal, anggota gerak. Anak dengan PJB memiliki kelainan struktur jantung yang dapat berupa lubang atau defek pada sekat ruang-ruang jantung, penyempitan atau sumbatan katup atau pembuluh darah yang berasal atau bermuara ke jantung, ataupun abnormalitas konfigurasi jantung serta pembuluh darah.

Baca juga: skrip personal hospitality rekan sejawat

1.2 Rumusan Masalah

  • Definisi penyakit jantung bawaan?
  • Etiologi penyakit jantung bawaan?
  • Menifestasi klinik penyakit jantung bawaan?
  • Patofisiologi penyakit jantung bawaan?
  • Komplikasi penyakit jantung bawaan?
  • Pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan?
  • Penatalaksanaan medis penyakit jantung bawaan?


1.3 Tujuan Penelitian

  • Untuk mengetahui definisi penyakit jantung bawaan.
  • Untuk mengetahui Etiologi penyakit jantung bawaan.
  • Untuk mengetahui Menifestasi klinik penyakit jantung bawaan.
  • Untuk mengetahui Patofisiologi penyakit jantung bawaan.
  • Untuk mengetahui Komplikasi penyakit jantung bawaan.
  • Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan.
  • Untuk mengetahui Penatalaksanaan medis penyakit jantung bawaan.


1.4 Manfaat 

semoga dalam penulisan makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang penyakit jantung bawaan kepada penulis ataupun pembaca.


BAB II

PENYAKIT


2.1 Pengertian Penyakit Jantung Bawaan   

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) terjadi karena adanya gangguan pada proses pembentukan dan perkembangan jantung sejak bayi di dalam kandungan. Dimana terjandi gangguan aliran darah dalam ruang jantung sehingga darah yang dipompa tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada katup, ruang jantung, septum (dinding penyekat antar ruang jantung), atau pembuluh darah dari dan ke jantung.Gangguan aliran darah ini akan menimbulkan keluhan dan gejala pada penderitanya. 

Menurut  penjelasan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Wava Husada, dr. Kartika Siwi Proboretno, Sp.JP, menyampaikan Penyakit Jantung Bawaan atau PJB adalah segala penyakit yang didapatkan sejak lahir (saat di dalam kandungan). Penyakit PJB tidak langsung terdeteksi. 


2.2 Etiologi

Penyakit jantung bawaan diduga terjadi dimasa embrional. Disebabkan : 

a). Factor genetic 

Adanya gen-gen mutan tunggal ( dominan autosomal, resesif autosomal, atau terkait - X ) yang biasanya menyebabkan penyakit jantung bawaan sebagai bagian dari suatu kompleks kelainan. 

Kelainan kromosom juga menyebabkan penyakit jantung kongenital sebagai bagian suatu kompleks lesi.  

Factor gen multifaktorial, dipercaya merupakan dasar terjadinya duktus anterious paten dan dasar penyakit congenital lainnya.

b). Factor lingkungan 

Lingkungan janin, ibu yang diabetic atau ibu yang meminum progesterone saat hamil mungkin akan mengalami peningkatan resiko untuk mempunyai anak dengan penyakit jantung congenital. 

Lesi viral. Emriopati rubella sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer, duktus arteosus paten dan kadang-kadang stenosis katup pulmonal.

2.3 Manifestasi Klinis 

Bayi lahir dalam keadaan sianosis, pucat kebiru - biruan yang disebut Picasso Blue. Sianosis merata keseluruh tubuh kecuali jika resistensi vascular paru sangat tinggi, dibagian tubuh sebelah atas akan lebih sianotik dibanding bagian bawah. 

Pada foto merah terlihat jelas gambaran pembuluh darah abnormal. 

Pada umur tiga bulan, terjadi kelambatan penambahan berat badan dan panjang badan serta perkembangan otak terganggu. 

Disertai pulmonal stenosis sering timbul serangan anoksia, yang menandakan bahaya kematian. 

Bila terdapat gejala takipnea, maka tanda adanya gejala gagal jantung.

Pada aliran darah paru yang meningkat menunjukkan penampangan anterior - posterior dada bertambah. 

Pada anak besar, tampak jelas voussure cardiac ke kiri.


2.4 Klasifikasi Penyakit jantung sianotik

Penyakit jantung sianotik merupakan sekelompok gangguan atau kelainan jantung yang telah diderita sejak lahir (cacat jantung bawaan). Kata sianotik (cyanotic atau cyanosis) menunjukkan adanya ciri khas berupa warna kebiruan pada kulit ataupun pada selaput lendir. Pada bayi, keadaan ini sering disebut dengan istilah blue babies. Penyakit ini terjadi akibat kadar oksigen yang rendah di dalam darah.

Beberapa cacat jantung yang termasuk dalam penyakit jantung sianotik adalah:

a). Tetralogy of Fallot (TOF)

merupakan penyebab penyakit jantung sianotik yangpaling sering terjadi. Cacat jantung ini merupakan sebuah kombinasi dari empat cacat jantung yang berbeda, yaitu: 

Sebuah lubang di antara ruang jantung bagian bawah (ventricle) kanan dan kiri.

penyempitan katup pada pembuluh darah yang menghubungkan qjantung dan paru-paru. 

Penebalan pada otot-otot ruang jantung bagian kanan bawah (right ventricular hypertrophy). 

Pembuluh darah aorta (pembuluh darah pembawa darah yang kaya akan oksigen ke seluruh tubuh) yang bergeser atau tidak berada pada tempat yang seharusnya.

Para penderita Tetralogy of Fallot (TOF) biasanya juga memiliki kelainan lain yang telah diderita sejak lahir.

b). Transposition of the great arteries (TGA)

Merupakan penyakit jantung sianotik yang ditandai dengan katup pembuluh darah yang menghubungkan jantung dan paru-paru serta katup pembuluh aorta bergposisi dengan pembuluh arteri. Hal ini mengakibatkan darah yang tidak kaya akan oksigen dipompa ke seluruh tubuh melalui pembuluh aorta. Padahal, darah tersebut seharusnya dipompa menuju ke paru-paru. 

Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)

Merupakan penyempitan jantung sianotik yang ditandai dengan pembuluh darah yang membawa darah kaya oksigen dari paru-paru menuju jantung terhubung dengan ruang jantung bagian atas kanan. Padahal, pembuluh darah tersebut seharusnya terhubung dengan ruang jantung bagian atas kiri. Selain itu, cacat jantung ini umumnya juga disertai dengan adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menjadi penghubung antara jantung dan paru-paru.

c). Truncus arteriosus

Truncus arteriosus merupakan penyakit jantung sianotik yang ditandai dengan

munculnya pembuluh darah tunggal pada ruang jantung bagian atas kanan dan kiri.bawah. Pada keadaan normal, ruang jantung kanan dan kiri bawah masing- masing terdapat dua pembuluh darah yang berbeda, yaitu pulmonary artery dan aorta. 

d). Tricuspid atresia

Tricuspid atresia merupakan penyakit jantung sianotik yang ditandai dengan tidak adanya katup trikuspid pada jantung penderita maupun katup trikuspid yang berkembang secara tidak normal. Hal tersebut mengakibatkan gangguan pada aliran darah sehingga menyebabkan darah dengan kadar oksigen rendah akan dipompa ke seluruh tubuh.

e). Penyakit Jantung Bawaan Non-Sianostik

PJB Non Sianotik Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotiknadalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. 

f). Ventricular Septal Defect (VSD) 

Pada VSD besarnya aliran darah ke paru ini selain tergantung pada besarnya lubang, juga sangat tergantung pada tingginya tahanan vaskuler paru. Makin rendah tahanan vaskuler paru makin besar aliran pirau dari kiri ke kanan. Pada bayi baru lahir dimana maturasi paru belum sempurna, tahanan vaskuler paru umumnya masih tinggi dan akibatnya aliran pirau dari kiri ke kanan terhambat walaupun lubang yang ada cukup besar. Tetapi saat usia 2–3 bulan dimana proses maturasi paru berjalan dan mulai terjadi penurunan tahanan vaskuler paru dengan cepat maka aliran pirau dari kiri ke kanan akan bertambah. Ini menimbulkan beban volume langsung pada ventrikel kiri yang selanjutnya dapat terjadi gagal jantung (Roebiono, 2003).  

g). Patent Ductus Arteriosus (PDA) 

Pada PDA kecil umumnya anak asimptomatik dan jantung tidak membesar. Sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan rutin dengan adanya bising kontinyu yang khas seperti suara mesin (machinery murmur) di area pulmonal, yaitu di parasternal sela iga 2–3 kiri dan di bawah klavikula kiri. Tanda dan gejala adanya aliran ke paru yang berlebihan pada PDA yang besar akan terlihat saat usia 1–4 bulan dimana tahanan vaskuler paru menurun dengan cepat. Nadi akan teraba jelas dan keras karena tekanan diastolik yang rendah dan tekanan nadi yang lebar akibat aliran dari aorta ke arteri pulmonalis yang besar saat fase diastolik. 

h). Atrial Septal Defect (ASD) 

Pada ASD presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke paru yang berlebihan juga menyebabkan beban volum pada jantung kanan. Kelainan ini sering tidak memberikan keluhan pada anak walaupun pirau cukup besar, dan keluhan baru timbul saat usia dewasa. 

Aorta Stenosis (AS) Aorta Stenosis derajat ringan atau sedang umumnya asimptomatik sehingga sering terdiagnosis secara kebetulan karena saat pemeriksaan rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik ejeksi di area aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher. Bayi dengan AS derajat berat akan timbul gagal jantung kongestif pada usia mingguminggu pertama atau bulan-bulan pertama kehidupannya. Pada AS yang ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50 mmHg tidak perlu dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau non bedah Balloon Aortic Valvuloplasty harus segera dilakukan pada neonatus dan bayi dengan AS valvular yang kritis serta pada anak dengan AS valvular yang berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg (Roebiono, 2003). 

i). Coarctatio Aorta (CoA)

 Coartatio Aorta pada anak yang lebih besar umumnya juga asimptomatik walaupun derajat obstruksinya sedang atau berat. Kadang-kadang ada yang mengeluh sakit kepala atau epistaksis berulang, tungkai lemah atau nyeri saat melakukan aktivitas. Tanda yang klasik pada kelainan ini adalah tidak teraba, melemah atau terlambatnya pulsasi arteri femoralis Universitas Sumatera Utaradibandingkan dengan arteri brakhialis, kecuali bila ada PDA besar dengan aliran pirau dari arteri pulmonalis ke aorta desendens. Selain itu juga tekanan darah lengan lebih tinggi dari pada tungkai. Obstruksi pada AS atau CoA yang berat akan menyebabkan gagal jantung pada usia dini dan akan mengancam kehidupan bila tidak cepat ditangani.


2.5 Patofisiologi Komplikasi Sindrom Eisenmenger 

Komplikasi ini terjadi pada PJB non-sianotik yang menyebabkan aliran darah ke paru yang meningkat. Akibatnya lama kelamaan pembuluh kapiler di paru akan bereaksi dengan meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di arteri pulmonal dan di ventrikel kanan meningkat. Jika tekanan di ventrikel kanan melebihi tekanan di ventrikel kiri maka terjadi pirau terbalik dari kanan ke kiri sehingga anak mulai sianosis. Tindakan bedah sebaiknya dilakukan sebelum timbul komplikasi ini. 

a). Serangan sianotik. 

Komplikasi ini terjadi pada PJB sianotik. Pada saat serangan anak menjadi lebih biru dari kondisi sebelumnya, tampak sesak bahkan dapat timbul kejang. Kalau tidak cepat ditanggulangi dapat menimbulkan kematian. 

b). Abses otak 

Abses otak biasanya terjadi pada PJB sianotik. Biasanya abses otak terjadi pada anak yang berusia di atas 2 tahun. Kelainan ini diakibatkan adanya hipoksia dan melambatnya aliran darah di otak. Anak biasanya datang dengan kejang dan terdapat defisit neurologis.

c). Infeksi saluran pernafasan  

Risiko terkena infeksi saluran pernapasan lebih tinggi pada orang dengan penyakit jantung bawaan. Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi paru-paru dan saluran udara, seperti pneumonia. Gejala infeksi saluran pernapasan dapat meliputi: Batuk yang bisa parah dan melibatkan batuk berdahak atau lendir Mengi Pernapasan cepat Sesak dada

d). Masalah irama jantung  

Anak-anak dan orang dewasa dengan penyakit jantung bawaan berisiko mengalami berbagai jenis masalah irama jantung. Masalah irima jantung ini mungkin berasal dari bagian atas jantung (aritmia atrium) atau dari ruang ventrikel yang lebih mengkhawatirkan (aritmia ventrikel). Saat istirahat, detak jantung normal adalah antara 60 dan 100 denyut per menit. 

e). Gagal jantung 

Gagal jantung adalah saat jantung tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini dapat terjadi segera setelah bayi dengan kelainan jantung bawaan yang parah lahir atau sebagai komplikasi selanjutnya dari jenis penyakit jantung bawaan yang diobati atau tidak diobati.



2.6 Pemeriksaan Penunjang

  • Foto Thorak: Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler.
  • Ekhokardiografi: Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
  • Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
  • Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
  • Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya (PPNI Komisariat RSUD Salatiga, 2011).


2.7 Penatalaksanaan Berobat Jalan 

Pasien dengan penyakit jantung bawaan yang memiliki tanda vital stabil, defek minimal, dan tidak memiliki komplikasi bisa berobat jalan. Namun, harus diingat bahwa penatalaksanaan utama penyakit jantung bawaan adalah tetap tata laksana korektif. 

a).Pembedahan (dianjurkan saat berusia 5-10tahun)

Prinsip tata laksana bedah adalah korektif sedini mungkin. Namun, tidak semua pasien dapat menjalani operasi korektif sesegera mungkin. Pada beberapa kasus, harus dilakukan operasi paliatif sembari menunggu operasi definitif dilakukan. Walau demikian, hal ini berisiko meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Pilihan lain adalah intervensi kardiologi melalui kateterisasi. 

b).Bedah Jantung 

Bedah jantung yang dapat dilakukan pada penyakit jantung bawaan adalah banding arteri pulmonalis dan shunt sirkulasi sistemik dan pulmonal. Banding arteri pulmonalis dilakukan untuk memperkecil diameter arteri pulmonalis pada kasus dengan aliran pulmonal berlebihan akibat pirau dari kiri ke kanan. 

Obat vasodilator, obat antagonis kalsium digunakan untuk membantu pasien dengan resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.

Pemotongan atau pengikatan duktus

Nan pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.


BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

Identitas pasien

Nama : An.E

Tempat/tanggal lahir : bandar lampung, 1 Januari 2013

Agama : islam

Suku bangsa : jawa

Pendidikan : SD

Alamat : Bandar lampung

No. RM    : 001122


Identitas penanggung jawab

Nama : Tn.O

Umur : 35

Jenis kelamin : perempuan

Pendidikan : SMA

Hubungan dengan keluarga : Ibu


3.1 Alasan masuk rumah sakit

Seorang anak masuk RS dengan keluhan Ibu klien  mengatakan klien mudah lelah, dan terlihat biru jika melakukan aktivitas berlebihan, klien juga mengatakan pusing. Klien tampak sianosis pada ujung jari dan mukosa bibir. Pola nafas klien cepat dan Klien tampak bernafas menggunakan cuping hidung. Klien tampak sesak. Klien tampak lemas.  

Hasil pemeriksaan TTV: TD: 130/100mmHg, Frekunsi Nadi:130x/menit, RR: 65x/menit, BB:17kg. EKG:RVH(Right Ventricula Hypertrophy).


3.2 Riwayat kesehatan

a). Keluhan utama

merasakan sesak nafas ketika melakukan aktivitas berlebih

b). Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan klien mudah lelah jika melakukan aktivitas berlebih.

c). Riwayat penyakit dahulu

Dahulu pasien juga pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama

d). Riwayat penyakit keluarga

Ibu klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit jantung bawaan

e). Pemeriksaan fisik

  • Kesadaran umum : lemah
  • Kesadaran : compas metis
  • Tanda-tanda vital
  • Tekanan darah : 130/100mmHg
  • Denyut nadi : 130x/menit
  • Suhu :35,0 C
  • Pernafasan : 65 x/menit
  • BB/TB : 17 kg/90cm
  • Kepala
  • Inspeksi
  • Lingkar kepala : normal 
  • Kebersihan : biak
  • Palpasi : tidak ada benjolan
  • Mulut : sianosis
  • Leher : normal
  • Toraks, paru-paru, jantung: abnormal
  • Abdomen :
  • Genitalia : normal
  • Ekstermitas : terpasang infus
  • Akral :
  • Kulit : sianosis 



f). Data Subjektif

g). Data Objektif

  • Ibu klien mengatakan klien mudah lelah 
  • Ibu klien mengatakan klien terlihat biru jika melakukan aktivitas berlebihan 
  • klien mengatakan pusing
  • Klien tampak sianosis pada ujung jari dan mukosa bibir 
  • Klien tampak bernafas dengan cuping hidung
  • Klien tampak sesak 
  • Klien tampak lemas 
  • pola nafas meningkat
  • TTV: TD: 130/100mmHg 
  • HR:130x/menit,  
  • RR: 65x/menit, BB:17kg 
  • EKG : RVH(Right Ventricula Hypertrophy).



3.3 ANALISA DATA

Data Fokus

Masalah 

Etiologi


DS : 

  • Ibu klien mengatakan klien mudah lelah 
  • ibu klien mengatakan klien terlihat biru jika melakukan aktivitas berlebihan


DO :

  • Klien tampak sesak
  • Klien tampak lemas
  • TTV: TD: 130/100mmHg, Frekunsi nadi :130x/menit,

Itoleransi aktivitas (D.0056)

Ketidakseimbangan antara suplai dara dan aktivitas oksigen


DS : 

  • klien merasa pusing

DO :

  • Klien tampak sianosis pada ujung jari dan mukosa bibir 
  • Klien tampak bernafas dengan cuping hidung
  • Pola nafas klien cepat

Gangguan pertukaran gas (D.0003)

Ketidakseimbangan Perfusi Ventrikel


3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Itoleransi aktivitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai dara dan aktivitas oksigen

Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Perfusi Ventrikel


3.5 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN 

INTERVENSI

diagnosa keperawatan

Tujuan dana kriteria hasil

Intervensi


Itoleransi aktivitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai darah dan aktivitas oksigen

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac output pada klien dapat diatasi, dengan kriteria hasil :

-Denyut nadi klien kembali normal, yaitu 60 –

 100 x/mnt

-Klien tidak terlihat pucat.

-Klien tidak terlihat lemah


Manajemen energi (l.05178)

1.Observasi terhadap tanda – tanda vital klien. 

2. ajurkan tirah baring

3. anjurkan melakukan aktifitas bertahap

4. sediakan linkunganyang nayman dan menyenagkan

5. Kolaborasi dalam: dengan ahli gizi tentag cara meningkatkan asupan makanan 


Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Perfusi Ventrikel

Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas dalam tubuh klien, dapat diatasi dengan kriteria hasil :

-bernafas dengan normal yaitu  18 – 30 x/menit

-saturasi O2 kembali normal.

-warna kebiruan yang timbul pada tubuh dapat berkurang

Terapi  Oksigen (l.01026)

1. Melakukan observasi terhadap tanda – tanda vital klien

2. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas. 

3. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku.

4. Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar


3.6 IMPLEMENTASI

Tanggal &waktu

No.Dx

Tindakan

Respon


Senin, 1 maret 2021

1,2

Monitor tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital pasien mulai normal



2

 Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas

Pernafasan klien mulai normal



2

Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar

Pasien merasakan sesak nafasnya berkurang



1

Anjurkan pasien pada posisi Tirah baring

Kalian merasa nyaman



EVALUASI

Diagnosa keperawatan

Hari/tanggal

Evaluasi


Itoleransi aktivitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai darah dan aktivitas oksigen

Senin, 1 Maret 2021

S:

- Ibu klien mengatakan klien mudah lelah 

-Ibu klien mengatakan klien terlihat biru jika melakukan aktivitas berlebihan

O:

-Klien tampak sesak

-Klien tampak lemas

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi


Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi vertikal

Senin, 1 Maret 2021

S:

-klien merasa pusing

O :

-Klien tampak sianosis pada ujung jari dan mukosa bibir 

-Klien tampak bernafas dengan cuping hidung

-pola nafas cepat

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

PJB adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna. Proses pembentukan jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan mengalami gangguan.


4.2 Saran 

Diharapkan kepada rekan – rekan sekalian, pembaca maupun  perawat agar nantinya dapat melakukan tindakan perawatan pada anak kelainan kongenit (penyakit jantung bawaan) dapat dilakukan dengan sesuai prosedur yang benar. Namun dalam  makalah ini  tentunya masih jauh dari kesempurnaan jadi kami sangat perlu kritikan dari dosen pembimbing maupun dari pihak yang terkait dengan mata kuliah agar dapat membangun kwalitas perawat yang professional. Dalam proses keperawatan khususnya, sebaiknya perawat harus melakukan pendekatan tentang pasien tersebut sehingga dalam proses keperawatan.kita dapat memberi pelayanan yang optimal kepada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Baca juga:Praktik keperawatan jiwa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perawatan Ibu Post Partum managemen laktasi

PELAYANAN ROHANI PADA PASIEN

APLIKASI ETIKA dan KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN PROFESI LAIN