Featured Post

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

Gambar
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR Mata Kuliah : Keterampilan Terpadu KASUS 3 Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat di ruang bedah pria RS Cinta Bersemi sejak 1 hari yang lalu dengan keluhan nyeri pada bagian kaki kanan atas, menurut keluarga klienmengalami kecelakaan bermotor, hasil pemeriksaan. TD: 150/90 mmHg, Nadi : 90 x/menit, pernafasan 22 x/mnt, Suhu : 36.5°C PENGKAJIAN A. IDENTITAS Identitas pasien Nama : Tn.A Umur : 45 tahun Jenis kelamin : laki-laki Tanggal lahir : 21 januari 1976 Golongan darah : A Agama : islam Status pernikahan : menikah Suku/bangsa : Indonesia/jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : petani Alamat : jln. Rajabasa, Bandar lampung Tanggal masuk RS : 18 september 2021 Diagnosa masuk RS : Fraktur Kaki kanan atas Tanggal pengkajian : 18 september 2021 No register : 10978 2. Identitas penanggung jawab Nama : Ny.B Umur : 40 tahun Hubungan dengan klien : istri Pendidikan : SMA Pekerjaan ...

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 

Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh trauma, alergi, maupun infeksi. Infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan bayi dan anak disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan karena aspirasi (Ngastiyah, 2005).Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi benda asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsulidasi (Nurarif, 2015).Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut disebut bronkopneumonia. 

Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronkopneumonia), disebut “Pneumonia” saja(Christian, 2016).Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara- Negara Eropa lainya. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu setelah kardiovaskuler dan TBC.Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018. Berdasarkan Diagnosis tenaga kesehatan dan gejala menurut provinsi di NTT, Pervalensi pneumonia pada tahun 2013 mencapai 10% dan menurun 7% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).Terhitung dari Bulan Januari hingga Mei 2019, Di RSUD Prof.Dr. WZ Johanes Kupang, Ruang anak (Kenanga dan Mawar) didapatkan kasus pneumonia sebanyak 5% dengan rincian jumlah balita yang masuk rumah sakit sebanyak 308 orang dan yang menderita pneumonia dari antaranya ada 16 orang (Buku Regiter Ruang Kenanga dan Mawar, 2019).Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderira pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. 

Banyak kasus yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek individu anak, orang tua (ibu), maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar pada (kayu bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia (Anwar, 2014).

Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan perawat untuk penyakit pneumonia adalah perawat menjadieducator, membantu orangtua untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada anaknya, dengan cara memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit pneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan menghindari faktor resiko dari penyakit pneumonia agar tidakmengalami pneumonia berulang, sehingga terjadi perubahan prilaku dari orangtua klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan. 

Baca juga: kasus pada orang sehat, sakit dan yang sedang rehabilitasi

1.2 Rumusan Masalah orang sehat, sakit dan 

  • Definisi penyakit Pneumonia?
  • Klasifikasi penyakit Pneumonia?
  • Etiologi klinik penyakit Pneumonia?
  • Gejala Klinis penyakit Pneumonia?
  • Patofisiologi penyakit Pneumonia?
  • Pemeriksaan penunjang penyakit Pneumonia?
  • Penatalaksanaan medis penyakit Pneumonia?
  • Komplikasi Pneumonia

1.3 Tujuan Studi Kasus

  • Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada An.Kdengan pneumonia di Ruang Kenanga RSUD Tujuan Khusus
  • Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An. Kdengan pneumonia di Ruang Kenanga RSUD. 
  • Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.K dengan pneumonia di Ruang Kenanga RSUD. 
  • Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada An. Kdengan pneumonia di Ruang Kenanga RSUD 
  • Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada An.K dengan pneumonia di Ruang Kenanga RSUD 5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada An.K dengan pneumonia di Ruang Kenanga

1.4 Manfaat Studi Kasus

a). Bagi Masyarakat

  • Dapat menjadi sarana untuk mengetahui status kesehatan anak di ruang Kenanga RSUD 
b). Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
  • Dapat menjadi bahan/referensi bagi perpustakaan dan pedoman atau acuan untuk studi kasus selanjutnya.

c). Bagi Penulis

  • Menambah wawasan dalammelaksanakan praktik keperawatan anak yang dapat dipakai sebagai acuan dalam bekerja.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli (Nugroho, 2011). 

2.2 Klasifikasi 

Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :

a). Pembagian anatomis

  • Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau ganda. 
  • Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
  • Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstinium)

 b). Pembagian etiologis

  • Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
  • Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
  • Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces Dermatitides
  • Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,benda asing
  • Pneumonia Hipostatik
  • Sindrom Loeffler

c). Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:

Usia 2 bulan – 5 tahun

  • Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
  • Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
  • Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasadapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat

Usia 0 – 2 bulan 

  • Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
  • Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.

2.3 Etiologi 

Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

  • Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
  • Virus: virus influenza, dll
  • Micoplasma pneumonia 
  • Jamur: candida albicans
  • Benda asing

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015)

2.4 Gejala Klinis

Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak, respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara lain : takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif, gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.

2.5 Patofisiologi 

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013).Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paruparu , partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi trkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011)

2.6 Pemeriksaan Diagnostik 

Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan  pada orang dengan masalah pneumonia adalah:  

  • Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,  bronchial); dapat juga menyatakan abses. 
  • Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat  mengidentifikasi semua organisme yang ada.  
  • Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis  organisme khusus.  
  • Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas  berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.  
  • Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis  
  • Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi  
  • Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda  asing. 

2.7 Penatalaksanaan 

Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara  lain: 

a). Manajemen Umum  

  • Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan  berlebihan.  
  • Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg. 
  • Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia  pasti; pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas  dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.  
  • Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk  mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.  

b). Operasi

Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin  diperlukan jika masalah sekunder seperti empiema terjadi.

c). Terapi Obat  

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi  karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi  secepatnya: Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus,  amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin,  tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia. 

2.8 Komplikasi  

Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak  dengan pneumonia adalah: 

  1. Pleurisi 
  2. Atelektasis 
  3. Empiema 
  4. Abses paru 
  5. Edema pulmonary 
  6. Infeksi super perikarditis 
  7. Meningitis 
  8. Arthritis

Baca juga: kasus pada orang sehat, sakit dan yang sedang rehabilitasi

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

A. Identitas Klien  

Nama/Nama panggil       : An. K 

Tempat/tgl lahir : 22 maret 2020

Umur : 11 bulan 22 hari 

Jenis kelamin  : Perempuan 

Alamat : Buluspesantren 

Agama : Islam 

Pendidikan : - 

Suku bangsa         : Jawa  

No. RM : 350874  

Diagnosa medik : Bronkopneumonia

Tanggal masuk : 17 Maret 2021 jam : 15.00 WIB  

Tanggal pengkajian : 18 Maret 2021 jam : 09.00 WIB  

B. Identitas Penanggung Jawab 

  • Nama : Ny. E 
  • Umur : 29 tahun 
  • Jenis kelamin                 : Perempuan  
  • Pendidikan : SMP 
  • Pekerjaan : Ibu rumah tangga 
  • Agama : Islam 
  • Alamat : Buluspesantren 
  • Hubungan dg klien : Ibu Kandung

3.2 Keluhan utama  

Keluarga mengatakan klien mengalami sesak nafas 

a). Riwayat Kesehatan  

  • Riwayat Kesehatan Sekarang  

klien datang ke IGD RSUD pada tanggal 17Maret 2021 jam 15.00 WIB dengan keluhan sesak nafas sejak tiga hari  sebelum masuk rumah sakit, klien juga mengalami batuk dan pilek  sejak 1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit, klien sudah dibawa  ke dokter tetapi tidak kunjung sembuh, klien juga mengalami diare,  BAB 4x sehari, terdapat lendir, tidak ada darah, klien demam, batuk  grok-grok dan hidung tersumbat. Saat di IGD dilakukan TTV nadi:  130x/menit, RR: 72x/menit, suhu: 39,9 C, BB: 8,4 kg, PB/TB: 7,2  cm, telah diberikan IVFD Asering 30 tpm, Paracetamol 100 mg,  Oksigen binasal kanul 3 lpm, dan Nebulizer Combivent 0,5 mg +  NaCl Inhalasi, kemudian klien dibawa ke Ruang Melati pada tanggal  17 Maret 2021 jam 19.10 WIB untuk mendapatkan perawatan lebih  lanjut. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Maret 2021 jam 09.00  WIB Ibu klien mengatakan klien masih sesak nafas, batuk grok-grok,  pilek, sudah tidak diare, BAB terakhir jam 06.45 WIB dengan  konsistensi lembek berampas, tidak ada lendir, tidak ada darah,  auskultasi paru ronkhi, irama nafas cepat, terpasang oksigen 3 lpm,  terpasang IVFD Asering 30 tpm, selama perawatan telah diberikan  Cefotaxim 500 mg, Paracetamol 2x100 mg,Dexamethason 0,6 mg,  Ambroxol 2x ½ cth, Nebulizer Combivent 0,5 mg Inhalasi, TTV saat  dikaji nadi: 122x/menit, RR: 60x/menit, suhu: 37,8 C. Hasil rontgen  pada tanggal 10 Juli 2017 jam 16.25 WIB dengan kesan Bronkiolitis. 

  • Riwayat kesehatan dahulu  

Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat di rumah sakit,  klien hanya pernah mengalami batuk pilek biasa dan berobat ke dokter  langsung sembuh.  

  • Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan dirinya sedang batuk, dirinya sering mengalami  batuk dan rontgen dan hasilnya baik, tidak mengalami penyakit paru,  hanya batuk biasa. Ibu klien juga mengatakan kakak klien pernah  mengalami sakit yang sama saat umur 2 tahun dan sekarang sudah  sembuh, Ayah klien seorangperokok, di dalam keluarganya tidak ada  yang sedang mengalami sakit dan tidak ada yang sedang menjalani  pengobatan apapun, hanya saja Kakek klien mempunyai riwayat  hipertensi, tidak ada riwayat penyakit menurun lainnya seperti DM,  jantung, asma, dll, dan tidak ada riwayat penyakit menular lainnya  seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS, dll.  

  • Riwayat kehamilan  

Klien anak perempuan dari ibu P2 A0, Ibu klien mengatakan selama  hamil klien Ibu mengalami mual muntah biasa pada trimester pertama  saat pagi hari, Ibu mengalami batuk dan pilek saat usia kehamilan 2  bulan dan berobat ke Bidan lalu sembuh. Selama hamil klien, Ibu rutin  memeriksakan kehamilannya ke Bidan. Ibu klien hanya minum obat  yang diresepkan oleh bidan dan tidak minum jamu tradisional apapun. 

  • Riwayat persalinan  

Ibu klien mengatakan klien lahir secara spontan oleh bantuan Bidan  di Rumah Sakit, tidak ada gangguan selama proses persalinan, klien  lahir pada usia kehamilan 40 minggu, saat lahir langsung menangis  dengan BBL 2900 gram dan PBL 45cm.  

  • Riwayat imunisasi  

Ibu klien mengatakan anaknya mendapat imunisasi lengkap hingga  usia 11 bulan yaitu imunisasi Hepatitis B, BCG, DPT I II III, Polio I II  III, dan campak. 

  • Riwayat tumbuh kembang  

Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami keterlambatan dalam  tumbuh kembang. Klien sudah bisa berjalan pelan tanpa bantuan,  klien mampu bermain bola kecil dan melamparnya, klien sudah bisamengucap mama, papa, kaka, dan maem. Klien juga sudah bisa makan  roti sendiri, minum dengan gelas.  

b). Genogram  

Keterangan :  

 : laki-laki 

: perempuan 

: menikah  

: keturunan  

: klien  

-------- : tinggal 1 rumah  

Ibu klien mengatakan Ayah klien anak ketiga dari 7 bersaudara, kedua  orang tuanya masih ada dan dalam kondisi sehat, Ibu klien anak  pertama dari 3 bersaudara dan kedua orang tuanya masih ada dalam  kondisi sehat, klien anak kedua dari dua bersaudara, Kakak klien  perempuan umur 5 tahun, klien tinggal 1 rumah dengan Ayah, Ibu dan  Kakaknya.  

  • Kebutuhan cairan klien  

=100 cc/ kgBB /hari  

= 100 cc x 8,4 kg =840 cc.  

  • Kenaikan suhu IWL  

=200 cc x (suhu badan sekarang – 36, 8 C)  

= 200 cc x (37,8-36,8)  

= 200 cc x 1 = 200 cc.  

Jadi kebutuhan cairan klien adalah 840 cc + 200 cc = 1.040 cc/ hari.  Pada kebutuhan kalori klien  

usia <1 tahun = 95 Kkal/kgBB/hari  

= 95 Kkal x 8,4 kg = 795 Kkal/hari.


3.3 Pola Pengkajian Fungsional menurut Gordon  

a). Pola Pola persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan  

Ibu klien mengatakan kesehatan sangat penting sehingga jika  ada anggota keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter atau  Puskesmas, begitu juga saat anaknya sakit keluarga segera  memeriksakannya ke Bidan terdekat. Ibu klien selalu menjaga  kebersihan rumah dan peralatan yang digunakan terutama untuk anaknya  

b). Pola nutrisi/metabolik  

Sebelum sakit : ibu klien mengatakan klien makan dengan lahap  bubur tim 3x sehari porsi sedang dengan sayur dan lauk yang  dihaluskan. Minum ASI serta susu formula 2 dot sehari serta  makan biskuit  Saat dikaji : ibu klien mengatakan klien tidak mau makan, klien  hanya minum ASI dan susu formula serta air putih sekitar 150  cc/hari.  

c). Pola eliminasi  

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien BAB 1x sehari  dengan konsistensi lembek berwarna kekuningan dan berbau  khas, BAK 6-7x sehari warna kuning jernih.  Saat dikaji     : ibu klien mengatakan klien sudah tidak diare, BAB  terakhir jam 06.45 WIB dengan konsistensi lembek berampas,  tidak ada lendir, klien menggunakan diapers, warna urin kuning  jernih.  

d). Pola aktivitas/latihan  

Sebelum sakit : ibu klien mengatakan klien dapat melakukan  aktivitas sesuai kemampuannya dengan aktif, duduk dan belajar  berjalan dengan rambatan.  

Saat dikaji      : Ibu klien mengatakan klien selalu rewel dan sering  minta digendong

e). Pola istirahat dan tidur  

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien tidur malam 9-10  jam dan tidur siang 2 jam dengan pulas.  Saat dikaji : ibu klien mengatakan klien susah tidur, sering  terbangun dan selalu rewel saat batuk, tidur sekitar 8 jam sehari.  

f). Pola perseptif/kognitif  

Ibu klien mengatakan belum mengetahui sakit yang diderita  anaknya, dulu kakak klien juga mengalami sakit yang sama saat  umur 2 tahun, tetapi keluarga belum paham tentang sakitnya.  

g). Pola koping/toleransi stress  

Ibu klien mengatakan klien selalu rewel dan minta digendong,  selalu menangis saat didatangi perawat.  

h). Pola konsep diri  

Ibu klien mengatakan sangat khawatir dan sedih, ibu klien  sering bertanya kondisi anaknya dan bertanya apakah anaknya  akan lama dirawat di RS.  

i). Pola seksual dan reproduksi  

Klien berjenis kelamin perempuan dan tidak ada kelainan  kongenital.  

j). Pola peran atau hubungan  

Klien tampak tenang dan nyaman saat digendong ibunya.  

k). Pola nilai dan kepercayaan  

Ibu klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.  


3.4 DATA OBYEKTIF  

A. Pemeriksaan Fisik  

a). TTV 

Nadi : 122x/menit  

Suhu : 37,8 C  

RR : 60x/menit  

b). Antropometri

Lingkar kepala : 38 cm  

Lingkar lengan atas : 14 cm  

Lingkar dada : 46 cm  

BB : 8,4 cm  

PB/TB : 72 cm  

Kepala : Bentuk kepala mesocephal, tidak ada benjolan maupun edema, ubun-ubun, sudah menyatu, rambut lurus hitam.  

Mata  : Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, reflek pupil an isokor.  

Hidung : Terdapat sekresi berwarna putih kekuningan, terdapat pernafasan cuping  hidung.  

Mulut : Mukosa bibir lembab, mulut bersih, sudah tumbuh gigi atas 4 bawah 3. 

Telinga :  Bersih, tidak ada serumen.  

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid  

c). Dada  

Paru-paru  : Inspeksi terdapat retraksi dinding dada, irama nafas cepat  

Palpasi : RR: 60x/ menit 

Perkusi           : sonor 

Auskultasi  : terdengar bunyi ronkhi. 

Jantung  

Inspeksi          : tidak tampak ictus cordis 

Palpasi : tidak ada pembesaran jantung 

Perkusi           : pekak

Auskultasi  : bunyi jantung S1 S2 reguler dan tidak ada suara  tambahan. 

d). Abdomen  

Inspeksi  : bentuk datar,  

Auskultasi : bising usus 20x/ menit,  

Palpasi : tidak ada massa, cubitan perut kembali cepat <2 detik 

Perkusi : terdengar bunyi timpani. 

Genetalia  : Jenis kelamin perempuan, tidak terpasang DC  

Anus  : Ada lubang anus  

e). Ekstremitas  

Atas  : terpasang IVFD Asering 30 tpm pada tangan kiri, akral hangat,  CRT <2 detik 

Bawah : tidak ada kelainan gerak.  

Kulit : Turgor kulit kembali cepat, <2 detik  


f). Pemeriksaan penunjang  

Hasil rotgen pada tanggal 10 Juli 2017 jam 16.38 WIB  

kesan : tampak bronkiolitis 

Hasil laboratorium pada tanggal 10 Juli 2017 jam 23.18 WIB

Baca juga: kasus pada orang sehat, sakit dan yang sedang rehabilitasi

B. Analisa Data



  • Diagnose Keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli, sekresi yang tertahan
hipertermia berhubungan dengan penyakit
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

C. INTERVENSI











BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penerapan asuhan keperawatan pada pasien pneumonia pada umumnya  sama antara teori dan kasus. Hal ini dapat dibuktikan dalam penerapan teori  pada kasus An. K yang menderita pneumonia. Penerapan kasus ini  dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian,  diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dari hasil pengkajian, keluhan utama yang dialami An. K adalah  sesak nafas dan batuk, pernapasan 59x/menit, terdapat pernapasan  cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas, ada retraksi dinding  dada, terdengar suara nafas ronchi, orang tua mengatakan belum  paham dengan penyakit yang dialami anak. 
Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa utama yang dapat  mengancam kehidupan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif  ketidakefektifan pola nafas diagnosa yang mengancam tumbuh  kembang dan kesehatan pasien adalah defisit pengetahuan tentang  penyakit yang dialami anak. Intervensi yang ditetapkan untuk mengatasi masalah yang dialami  An. K  untuk diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif adalah melakukan fisioterapi dada dan terapi nebulasi/uap. Untuk diagnosa  pola nafas tidak efektif intervensi yang ditetapkan adalah atur posisi  semi fowler dan pemberian terapi O2, dan untuk diagnosa defisiensi pengetahuan intervensi yang ditetapkan adalah jelaskan tentang  penyakit anak (pneumonia), jelaskan penyebabnya, jelaskan tanda dan  gejala, jelaskan cara penularan, jelaskan cara pencegahannya dan cara  penanganan dirumah (discharge planning).
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan berdasarkan  kriteria hasil dari masing-masing diagnosa, hasil evaluasi pada  An. K diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif dan pola nafas  diagnosa defisisensi pengetahuan sudah teratasi sehingga intervensi  yang telah ditetapkan dihentikan.

4.2 Saran  

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An. k di Ruang Kenanga RSUD dan kesimpulan  yang telah disusun seperti diatas, maka mahasiswa memberikan beberapa  saran sebagai berikut :  
Dalam pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan pendekatan  karena keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu  perkembangan dan kesehatan pasien. 
Dalam memberikan tindakan keperawatan tidak harus sesuai dengan apa yang ada pada teori, akan tetapi harus sesuai dengan kondisi dan  kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah  sakit.



DAFTAR PUSTAKA

Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8 No 8. 
Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta:EGC 
Bulechek,dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi 6.Elsevier, 2019. Buku register rawat inap ruang kenanga dan mawar, RSUD  
Prof. Dr. W.Z Johanes Kupang Christian T. 2016 . Gambaran Karakteristik Pneumonia Pada Anak Vol 4 No 2.Jurnale-Clinic 
Herdman T. 2015. NANDA Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi &  Klasifikasi. Jakarta: EGC 
Moorhead S, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification Edisi 5.Elsevier 
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran  (EGC). 
Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam cetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika 
Nurarif A.H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan  
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit Mediaction  
Teery & Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3. Jakarta:  
Penerbit Buku Kedokteran (EGC). 
Underwood, J. 2002. Patologi dan Sistematik vol 2ed 2. Jakarta: Penerbit Buku  
Kedokteran (EGC)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perawatan Ibu Post Partum managemen laktasi

PELAYANAN ROHANI PADA PASIEN

APLIKASI ETIKA dan KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN PROFESI LAIN